Syafaatku Bagi Yang Mengucap Laa Ilaaha Illallah
Senin, 13 Juni 2011
Senin, 13 Juni 2011
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَقَدْ
ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لَا يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ
أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
(صحيح البخاري)
Sabda Rasulullah saw :
Sungguh telah kukira wahai Abu Hurairah (ra) bahwa tiada yang menanyakanku mengenai hadits ini yang pertama darimu, dari apa-apa yang kulihat atas penjagaanmu pada hadits ini, yang paling bahagia dengan syafaatku dihari kiamat adalah yang mengucap Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan Selain Allah) ikhlas dari hatinya dan dirinya” (Shahih Bukhari)
Sungguh telah kukira wahai Abu Hurairah (ra) bahwa tiada yang menanyakanku mengenai hadits ini yang pertama darimu, dari apa-apa yang kulihat atas penjagaanmu pada hadits ini, yang paling bahagia dengan syafaatku dihari kiamat adalah yang mengucap Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan Selain Allah) ikhlas dari hatinya dan dirinya” (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ
اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ
اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا
لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا
الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ
قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ
وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ
رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur,
Yang Maha melimpahkan keberkahan, dan keberkahan adalah anugerah yang
kemuliaan-Nya dilipatgandakan baik zhahir atau pun bathin, maka di bulan
Rajab ini keberkahan dilimpahkan seluas-luasnya oleh Allah subhanahu
wata’ala di malam-malam doa, malam-malam dzikir dan munajat. Bulan Rajab
yang merupakan salah satu bulan haram, dimana Allah melimpahkan
keberkahan kepada hamba-hamba-Nya, ummat sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam . Sedemikian banyak doa-doa yang dikabulakan oleh Allah
di bulan mulia ini, dan sedemikian banyak musibah yang disingkirkan
oleh Allah di bulan ini lebih dari bulan-bulan lainnya, sedemikian
banyak kesulitan yang disingkirkan oleh Allah di bulan ini, pertolongan
Allah turun dan limpahan anugerah dicurahkan, maka perbanyaklah
berprasangka baik kepada Yang Maha Dermawan, karena rasa syukur dan
sangka baik itu membuka anugerah yang lebih besar dari Allah subhanahu
wata’ala. Allah telah bersumpah dengan sumpah luhur dalam firman-Nya,
bahwa siapa yang bersyukur atas ni’mat Allah maka Allah lipatgandakan
kenikmatan-Nya :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
( إبراهيم : 7 )
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih”. ( QS. Ibrahim : 7 )
Maka dekatlah kepada Yang Maha memiliki dunia dan akhirah, Maha
menjauhkan segala apa yang kita risaukan karena Allah subhanahu wata’ala
siap memberikan semua itu kepada yang dikehendaki-Nya, maka mohonlah
dan ketuklah gerbang kedermawanan Allah, kasih sayang-Nya diberikan
kepada hamba-hamba-Nya yang meminta. Jika mereka mendapatkan kesulitan
di dunia, maka sungguh kesulitannya akan diperkecil dan segera dibukakan
bagi mereka kemudahan di dunia dan akhirah. Demikianlah Allah
melimpahkan keberkahan kepada ummat sayyidina Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam.
اَللّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ
“ Ya Allah berilah keberkahan kepada kami di bulan Rajab, dan Sya’ban dan sampaikanlah kami pada Ramadhan”
Wahai pemilik Rajab, wahai pemilik Sya’ban, wahai pemilik Ramadhan,
Engkaulah Yang melimpahkan anugerah-anugerah besar di bulan-bulan ini
melebihi bulan-bulan lainnya, maka sertakan nama-nama kami semua berada
diantara kelompok yang mendapatkan anugerah besar zhahiran wa bathinan.
Ya Allah, nama yang teragung yang memulai segenap keluhuran, nama Yang
Maha berhak memberikan segala kebahagiaan, Yang Maha membatasi atau
tidak membatasinya, sungguh Allah subhanahu wata’ala Maha memberi tanpa
mempedulikannya lagi, Maha memaafkan tanpa mempertanyakannya lagi, Maha
mengangkat derajat tanpa mempedulikan hamba-Nya meskipun ia adalah
pendosa besar namun jika Allah ingin mengangkat derajatnya maka ia akan
berubah menjadi orang yang sangat mulia, sebagaimana firman-Nya :
إِلَّا مَنْ تَابَ وَآَمَنَ وَعَمِلَ عَمَلًا صَالِحًا فَأُولَئِكَ
يُبَدِّلُ اللَّهُ سَيِّئَاتِهِمْ حَسَنَاتٍ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا
رَحِيمًا
( الفرقان : 70 )
“Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal
saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan
adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. ( QS. Al Furqan : 70 )
Mereka yang berbuat dosa kemudian bertobat dan meninggalkan kehinaan
menuju keluhuran meninggalkan dosa-dosa semampunya menuju hal-hal yang
lebih luhur, serta memohon pengampunan atas dosa yang masih ia perbuat
dan belum mampu ia tinggalkan, maka Allah mengganti seluruh dosa mereka
menjadi pahala. Adakah yang lebih dermawan dari Allah, kesalahan diganti
dengan pahala?! Maka kuatkanlah makna kalimat لا إله إلا اللهdalam
hatimu, karena tidak ada yang bisa membuat kesalahan, kejahatan, dan
kehinaan berubah menjadi pahala kecuali Allah. Mereka yang berdosa lalu
bertobat, beriman kemudian berbuat baik maka Allah ganti
kesalahan-kesalahan mereka dengan pahala. Adakah Yang lebih berkasih
sayang dari-Nya?, maka Allah subhanahu wata’ala bertanya kepada
hamba-Nya dalam firman-Nya :
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ، الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ
( الإنفطار : 6-7 )
“Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat
durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan kamu
lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh) mu
seimbang”. ( QS. Al Infithaar : 6-7 )
Tidak ada yang lebih dermawan dari Allah subhanahu wata’ala yang
telah menciptakan kita dengan penciptaan yang sempurna. Semoga Allah
subhanahu wata’ala melimpahkan kepada kita rahasia kemuliaan bulan
Rajab, Sya’ban dan Ramadhan, rahasia kemuliaan malam dan siang yang
terpendam di dalamnya rahasia keluhuran Allah yang tidak kita ketahui
dan Allah limpahkan kepada kita. Sebagaimana orang yang yang tidak
meminta-minta namun diberi, misalnya orang faqir yang lewat di jalan
kemudian ada orang yang kasihan terhadapnya lalu diberi tanpa ia
memintanya bahkan ia tidak mengetahui bahwa ia akan diberi, demikian
pula keadaan kita terhadap Allah,
يَارَبِّ أَنْتَ قُلْتَ تَصَدَّقُوْا عَلَى اْلفُقَرَاءِ وَنَحْنُ اْلفُقَرَاءُ إِلَيْكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْنَا بِرَحْمَتِكَ
“Ya Rabb, Engkau berfirman : “bershadaqahlah kepada orang-orang
faqir”, dan kami adalah fuqara’ dihadapan-Mu, maka bershadaqahlah kepada
kami dengan kasih sayang-Mu”
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Sampailah kita pada hadits luhur ini, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Hurairah : “ Wahai Abu Hurairah, aku tau bahwa tidak ada seseorang yang menanyakan tentang hadits ini selain engkau”, karena Abu Hurairah banyak duduk bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan kebanyakan sahabat yang lainnya dari kaum Anshar dan Muhajirin bekerja namun Abu Hurairah tidak bekerja, beliau hanya duduk di rumah Rasulullah bersama ahlu suffah untuk mempelajari hadits, kemudian mengajarkannya kepada mereka pra sahabat yang sibuk, dimana ketika mereka ada waktu luang mereka datang dan bertanya kepada Abu Hurairah, tentang ayat yang baru turun atau hadits yang baru diucapkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena Abu Hurairah selalu duduk bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah tentang orang yang paling beruntung mendapatkan syafaat kelak di hari kiamat, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Sampailah kita pada hadits luhur ini, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepada Abu Hurairah : “ Wahai Abu Hurairah, aku tau bahwa tidak ada seseorang yang menanyakan tentang hadits ini selain engkau”, karena Abu Hurairah banyak duduk bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sedangkan kebanyakan sahabat yang lainnya dari kaum Anshar dan Muhajirin bekerja namun Abu Hurairah tidak bekerja, beliau hanya duduk di rumah Rasulullah bersama ahlu suffah untuk mempelajari hadits, kemudian mengajarkannya kepada mereka pra sahabat yang sibuk, dimana ketika mereka ada waktu luang mereka datang dan bertanya kepada Abu Hurairah, tentang ayat yang baru turun atau hadits yang baru diucapkan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam karena Abu Hurairah selalu duduk bersama nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ketika Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah tentang orang yang paling beruntung mendapatkan syafaat kelak di hari kiamat, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ أَوْ نَفْسِهِ
“Orang yang paling beruntung mendapat syafaatku dihari kiamat adalah
yang mengucapkan Laa ilaaha illallah (Tiada Tuhan Selain Allah), ikhlas
dari hatinya atau dari dirinya”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, shahib As Syafa’ah, shahib
al mi’raj, shahib Al Makkah wa Al Madinah, sayyidina Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa : “Orang yang paling
beruntung mendapatkan syafaatku kelak di hari kiamat adalah orang yang
mengucapkan لا إله إلا الله ikhlas dari dalam hatinya atau dari
dirinya”. Dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany di dalam Fath Al
Baari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa maksud dari hadits ini bukan
hanya kalimat لا إله إلا الله saja namun yang dimaksud adalaha لا إله
إلا الله محمد رسول الله , namun Rasulullah bersabda dan meringkasnya
hanya dengan kalimat لا إله إلا الله saja. Hadits ini menjelaskan juga
bahwa semakin kita mendalami dan memahami makna لا إله إلا الله , maka
akan semakin cepat kita mendapkan syafaat nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, karena seluruh hakikat ibadah tiadalah berarti tanpa
kalimatلا إله إلا الله , yang merupakan permulaan iman dan tidak akan
pernah ada akhirnya, ketika ia melakukan ibadah-ibadah yang lainnya
seperti shalat, puasa, zakat dan haji kesemua itu hakikatnya adalah
dalam keadaan islam dengan berkeyakinanan لاإله إلا الله . Al Imam Ibn
Hajar menjelaskan bahwa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam juga
memberi syafaat kepada orang non muslim, orang munafik, para pendosa,
sebagaimana beliau memberi syafaat kepada para shalihin, sebagaimana Abu
Thalib yang sebagian pendapat mengatakan bahwa ia telah wafat dalam
keadaan di luar Islam, namun disyafaati oleh nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam sebagaimana riwayat Shahih Al Bukhari dimana Abu Thalib berada
di dalam jurang neraka namun Rasulullah memberinya syafaat sehingga dia
hanya berada di pinggir neraka, dan insyaallah akan mendapatkan syafaat
lagi kelak di hari kiamat, karena disebutkan pula bahwa Abu Thalib wafat
dalam keadaan Islam namun tidak mau mengucapkan لاإله إلا الله , bukan
karena ia ingkar terhadap kalimat لاإله إلا الله akan tetapi karena ia
khawatir jika mengucapakannya maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam akan semakin dipersulit oleh kuffar quraisy di saat itu, maka
Abu Thalib tidak mau mengucapkannya, padahal sudah diperintah oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan menolak perintah Rasulullah
adalah dosa yang sangat besar karena bisa menyebabkan sampai pada
kekufuran, inilah dosa Abu Thalib, namun tetap disyafaati oleh nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan Rasulullah juga mensyafaati
para pendosa, sebagaimana yang dijelaskan oleh Al Imam Ibn Hajar Al
Asqalany di dalam Fath Al Baari bisyarh Shahih Al Bukhari bahwa diantara
mereka para pendosa ada yang telah masuk ke dalam neraka lalu
dikeluarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, diantara
mereka ada yang akan masuk neraka namun Rasulullah beri ia syafaat
sehingga tidak masuk ke dalam neraka, dan adapula yang telah layak untuk
masuk neraka namun dibatalkan karena syafaat nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, adapula yang memang tidak masuk neraka namun ia
menghadapi hisab yang sangat lama dan sulit kemudian dipermudah oleh
Rasulullah dengan syafaatnya, diantara mereka ada yang seharusnya
menjalani hisab sebelum masuk ke surga namun diberi syafa’at oleh
Rasulullah sehingga tidak perlu dihisab lagi dan langsung memasuki
surga, ada juga yang telah masuk ke dalam surga kemudian disyafaati oleh
Rasulullah agar dinaikkan ke derajat yang lebih tinggi di surga,
beliaulah shahib as syafaah nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Diriwayatkan dalam riwayat yang tsiqah ketika malam Isra’ Mi’raj nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam berhadapan dengan Allah, dan Allah
berfirman kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “wahai
Muhammad, langit itu milik siapa?”, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam menjawab : “milik-Mu wahai Allah”, kemudian Allah bertanya lagi
: “Bumi milik siapa?”, nabi menjawab : “milik-Mu wahai Allah”, lalu
Allah subhanahu wata’ala bertanya lagi : “dan engkau milik siapa wahai
Muhammad?” nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab : “milik-Mu wahai
Allah”, kemudian Allah bertanya lagi : “dan Aku milik siapa wahai
Muhammad?”, nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjawab
namun beliau hanya menunduk, maka Allah berkata : “Aku adalah milik
hamba-hamba-Ku yang bershalawat kepadamu wahai Muhammad”. Sungguh
beruntung ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang
bershalawat kepadanya. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
( الأحزاب : 56 )
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi,
wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya”. ( QS. Al Ahzaab : 56 )
Oleh karena itu kita gembira karena mejelis shalawat semakin hari
semakin banyak dan berkembang, di wilayah Jakarta semakin dahsyat, di
luar kota dan di luar negeri pun semakin dahsyat, saat ini di Singapura
bergemuruh dengan shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Semoga Allah menjaga dan menjauhkan kita dari kelompok orang
yang selalu membid’ahkan shalawat kepada nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam, semoga mereka diberi hidayah oleh Allah subhanahu
wata’ala, dan jangan sampai kita terjebak lagi dalam kelompok ini
apalagi dipimpin oleh orang-orang dari kelompok ini, wal ‘iyadzubillah,
kita tidak mau dipimpin kecuali oleh orang-orang yang memuliakan
sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Alhamdulillah malam
Rabu yang akan datang adalah ulang tahun DKI Jakarta yang ke-484 dan
kali ini akan dirayakan dengan maulid nabi dan shalawat kepada nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian dengan dzikir يا الله
1000 x, semoga melimpahkan kemakmuran di Jakarta dan seluruh wilayah di
barat dan timur, amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Kembali ke hadits tadi, sebagaimana yang dijelaskan juga oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany bahwa disunnahkan untuk mengualng-ulang dan memperbanyak ucapan kalimat لا إله إلا الله , berbeda dengan kelompok yang selalu membid’ahkan orang-orang yang mengucapkan tahlil ( لا إله إلا الله ), padahal telah Allah firmankan atas orang-orang yang menentang Islam bahwa ketika kalimat لا إله إلا الله diucapkan dihadapan mereka maka mereka menyombongkan diri dan menolak ucapan itu. Mereka tidak menghendaki jika kalimat لاإله إلا الله diperbanyak, semoga Allah melimpahkan hidayah kepada mereka, amin. Semoga Jakarta ini menjadi kota orang-orang yang cinta bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kembali ke hadits tadi, sebagaimana yang dijelaskan juga oleh Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany bahwa disunnahkan untuk mengualng-ulang dan memperbanyak ucapan kalimat لا إله إلا الله , berbeda dengan kelompok yang selalu membid’ahkan orang-orang yang mengucapkan tahlil ( لا إله إلا الله ), padahal telah Allah firmankan atas orang-orang yang menentang Islam bahwa ketika kalimat لا إله إلا الله diucapkan dihadapan mereka maka mereka menyombongkan diri dan menolak ucapan itu. Mereka tidak menghendaki jika kalimat لاإله إلا الله diperbanyak, semoga Allah melimpahkan hidayah kepada mereka, amin. Semoga Jakarta ini menjadi kota orang-orang yang cinta bershalawat kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin-hadirat, Dalam hadits tadi juga dijelaskan bahwa Abu Hurairah
adalah seorang yang sangat berbakti kepada ibunya. Diriwayatkan di
dalam Shahih Muslim suatu ketika Abu Hurairah datang kepada Rasulullah
dalam keadaan menangis, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bertanya : “wahai Abu Hurairah apa yang membuatmu menangis?”, maka Abu
Hurairah berkata : “wahai Rasulullah, aku telah menyuruh ibuku untuk
masuk Islam namun ia tidak mau, dan hari ini mengucapkan kalimat yang
sangat menyakitkan hatiku karena telah menjelek-jelek kan namamu wahai
Rasulullah, maka doakanlah ibuku supaya mendapatkan hidayah dan masuk
Islam”, kemudian Rasulullah mengangkat kedua tangannya dan berdoa : “Ya
Allah berilah hidayah kepada ibu Abu Hurairah”, lalu Abu Hurairah pulang
dan belum sampai di rumahnya ia mendengar suara air, kemudian ibunya
berkata : “jangan masuk dulu”, kemudian Abu Hurairah mendapati ibunya
telah selesai mandi dan menggunakan pakaian yang tertutup dengan
mengenakan jilbab, maka setelah Abu Hurairah masuk ke dalam rumah ia
berkata : أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا عبده ورسوله , menangislah
Abu Hurairah, lalu mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
dan berkata : “wahai Rasulullah, ibuku telah masuk Islam di tanganku,
ketika aku pulang aku dapati ia selesai mandi dan memakai pakaian yang
tertutup dan memakai jilbab kemudian mengucap syahadat “, itu karena
dari doa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dari sini kita
memahami, dan supaya tidak terjebak dalam memahami firman Allah
subhanahu wata’ala :
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
( الحجرات : 13 )
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah
ialah orang yang paling taqwa di antara kamu”. (QS. Al Hujurat: 13 )
Orang yang mulia di sisi Allah tergantung pada ketakwaanya, namun
bukan hanya itu, karena ada orang yang mulia di sisi Allah namun bukan
karena ketakwaannya, tetapi karena doa orang lain, sebagaimana ibu Abu
Hurairah yang dulunya adalah seorang kafir dan mencaci maki Rasulullah,
namun karena telah didoakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
maka berubah menjadi mu’minah shalihah, padahal ia mencaci nabi namun
didoakan oleh beliau dan dikabulkan oleh Allah subhanahu wata’ala.
Sebagaimana kisah antara nabi Musa As dan nabi Khidir As dalam surah Al
Kahfi, dimana ketika nabi Khidir As diutus untuk menemui nabi Musa AS
dan mengajarinya tentang takdir-takdir Ilahi. Kisah ini sangat panjang
namun secara singkat ketika nabi Musa As bertemu dengan nabi Khidir As,
nabi Musa As berkata kepada nabi Khidir : “izinkanlah aku ikut
bersamamu untuk kau ajari aku tentang ilmu yang egkau ketahui?”, nabi
Khidir berkata: “sungguh engkau tidak akan bisa sabar bersama
denganku”, nabi Musa AS menjawab: “Insyaallah aku akan bisa bersabar
dan tidak akan melanggar perintahmu”, lalu nabi Khidir berkata: “Jika
kau ikut bersamaku, maka jangan engkau bertanya tentang sesuatu sampai
aku yang mengatakannya kepadamu”. Maka keduanya berjalan hingga menaiki
sebuah perahu lalu nabi Khidir membocorkan perahu itu, maka nabi Musa
berkata: “mengapa engkau membocori perahu itu untuk menenggelamkan
orang-orang di dalamnya, sungguh engkau telah berbuat kesalahan”, maka
nabi Khidir berkata : “bukankah sudah kukatakan kepadamu bahwa engkau
tidak akan bisa sabar mengikutiku”, maka nabi Musa berkata : “baiklah
maafkan aku, sungguh aku telah lupa”, kemudian mereka melanjutkan
perjalanan sehingga mereka menemui seorang anak kecil maka dibunuhlah
anak kecil itu oleh nabi Khidir, lalu nabi Musa As berkata : “mengapa
engkau membunuh anak kecil yang tidak berdosa?”, maka nabi Khidir
kembali berkata : “bukankah telah aku katakan padamu, engkau tidak akan
mampu bersabar bersamaku”, maka nabi Musa kembali berkata : “baiklah
maafkan aku, jika nanti aku bertanya lagi kepadamu akan sesuatu maka
tinggalkanlah aku”, mereka pun kembali melanjutkan perjalanan dan
ketika tiba di sebuah perkampungan, maka penduduk kampung itu tidak mau
menerima mereka dan tidak mau menjamu mereka, lalu disana mereka
menemukan sebuah dinding rumah yang telah rapuh dan hampir roboh, maka
nabi Khidir memperbaiki dan membangun kembali dinding rumah itu, maka
nabi Musa berkata : “jika engkau mau, engkau bisa meminta imbalan untuk
hal itu”, kemudian nabi Khidir berkata : “inilah akhir pertemuanku
denganmu, aku akan menjelaskan kepadamu akan hal-hal yang tidak mampu
engkau bersabar atasnya, ketahuilah bahwa perahu yang kubocorkan tadi
adalah milik orang miskin yang bekerja di laut, dan aku merusaknya
hingga perahu itu tenggelam karena dihadapan mereka ada seorang raja
yang akan merampas setiap perahu, adapun anak muda (kafir) itu kubunuh,
karena kedua orang tuanya adalah orang yang beriman dan aku khawatir dia
akan memaksa kepada kesesatan dan kekafiran dan Allah akan
menggantikannya dengan anak lain yang lebih baik darinya, dan tembok
rumah yang kubangun itu adalah milik dua anak yatim di kampung itu, yang
dibawahnya ada pendaman harta untuk mereka yang mana ayah mereka adalah
orang shalih, maka Allah berkehendak agar anak yatim itu dewasa
kemudian mereka mengeluarkan harta itu sebagai rahmat dari Allah”. Maka
Allah menjaga harta itu untuk kedua anak yatim itu karena ayah mereka
adalah orang yang shalih, dan bukan karena kedua anak yatim itu yang
shalih. Jadi hidayah itu bisa dikarenakan ketakwaan kita, bisa juga
karena ketakwaan dan doa orang lain, atau doa seorang anak terhadap ayah
ibunya, seperti doa Abu Hurairah, atau karena doa orang tua terhadap
anaknya, maka kemuliaan itu bisa datang dari mana saja namun tetap
dengan kehendak Allah subhanahu wata’ala. Demikian rahasia kemuliaan di
dalam kehidupan kita yang harus kita fikirkan, berhati-hatilah dalam
melewati kehidupan ini, janganlah menjauh dari para shalihin apalagi
memusuhi dan mengganggu para shalihin, baik mereka yang masih hidup atau
pun yang telah wafat. Cintailah para shalihin, baik yang masih hidup
atau pun yang telah wafat, khususnya pemimpin para shalihin, sayyidina
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Hati-hati terhadap kelompok yang
tidak ingin dan tidak mau memuliakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, karena hal ini ada perbuatan iblis, dimana salah satu sifat
iblis adalah tidak mau memuliakan makhluk yang dimuliakan Allah, tidak
mau bersujud kepada nabi Adam, kenapa? karena nabi Adam adalah makhluk
yang diciptakan dari tanah, sejak puluhan ribu tahun iblis bersujud
kepada Allah, namun tidak mau ketika diperintah untuk bersujud kepada
nabi Adam As. Dan kita tidak diperintah untuk bersujud kepada nabi
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, namun kita diperintah oleh Allah
untuk memuliakan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka
wajib memulikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana
Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ
صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ
لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ
( الحجرات : 2 )
“ Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu
melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara
yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian
yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu , sedangkan kamu tidak
menyadari.” ( QS. Al Hujurat : 2 )
Di masa pemerintahan sayyidina Umar bin Khattab RA, dimana ketika
datang dua orang ke Madinah Al Munawwarah dan mereka masuk ke dalam
masjid An Nabawy dan mengeraskan suara mereka disana, maka sayyidina
Umar yang di saat itu menjadi khalifah bertanya : “kalian datnag dari
mana?”, mereka menjawab: “ kami datang dari Najd” maka sayyidina Umar
berkata : “jika kalian penduduk Madinah maka akan aku cambuk kalian
karena telah mengeraskan suara di dekat jasad Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam”, padahal Rasulullah telah wafat. Al Imam Malik Ar,
guru dari Al Imam As Syafi’i Ar, beliau tidak pernah memakai sandal jika
berada di Madinah karena memuliakan rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam, padahal panas matahari di saat itu sangat menyengat, dan
beliau ( Al Imam Malik) jika membaca hadits Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam maka tidak boleh ada orang yang bersuara, karena jika
ada yang bersuara atau mengeraskan suara ketika hadits Rasulullah dibaca
maka sama halnya dengan mengeraskan suara di hadapan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam. Alhamdulillah kita di majelis Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam berada di dalam naungan Allah subhanahu
wata’ala.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Akhir dari penyampaian saya, sebagian orang ada yang bertanya-tanya dan hal ini perlu diperjelas : “Habib Munzir kok mobilnya ganti-ganti, cakep-cakep terus?!”. Alhamdulillah, namun saya sampaikan bahwa saya tidak mempunyai mobil, dan saya tidak pernah berfikir untuk punya mobil. Saya sampaikan bahwa angsuran mobil Galant sudah lunas, tentunya dengan cara kredit yang islami, insyaallah pertemuan yang akan datang kita akan membahas masalah ini agar tidak terkena riba dalam hal kredit ini. Setelah angsurannya lunas saya jual mobil itu untuk membiayai dakwah Majelis Rasulullah ini, jika ada mobil milik majelis maka boleh-boleh saja dan jika saya wafat maka bukan warisan untuk keluarga saya, dan jika istri saya yang punya mobil maka boleh-boleh saja, namun saya pribadi tidak punya mobil dan tidak pula punya rumah, rumah saya mengontrak, saya tidak mau punya rumah atau harta, cukuplah cinta kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. “Habib kok begitu, tapi kenyataannya kan ada mobil?”, orang lain yang meminjamkan untuk dipakai seminggu atau dua minggu supaya berkah, ada pula yang menyiapkannya dan lainnya, maka janganlah kalian sampai kebingungan dan bertnya-tanya akan hal itu. Saya doakan semoga kalian semua makmur dengan rahmat dan keberkahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memiliki apa-apa namun para sahabat banyak yang kaya raya, diantaranya sayyidina Utsman bin ‘Affan, sayyidina Abdurrahman bin ‘Auf dan yang lainnya banyak dilimpahi keluasan, kemudian digunakan untuk membantu nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan para jama’ah yang sekarang biasa membantu dengan berinfak 500 atau 1000 rupiah, mudah-mudahan satu atau dua tahun kedepan bisa membantu dengan mobil, amin. Mohon maaf hal ini saya sampaikan hanya sekedar penjelasan saja.
Akhir dari penyampaian saya, sebagian orang ada yang bertanya-tanya dan hal ini perlu diperjelas : “Habib Munzir kok mobilnya ganti-ganti, cakep-cakep terus?!”. Alhamdulillah, namun saya sampaikan bahwa saya tidak mempunyai mobil, dan saya tidak pernah berfikir untuk punya mobil. Saya sampaikan bahwa angsuran mobil Galant sudah lunas, tentunya dengan cara kredit yang islami, insyaallah pertemuan yang akan datang kita akan membahas masalah ini agar tidak terkena riba dalam hal kredit ini. Setelah angsurannya lunas saya jual mobil itu untuk membiayai dakwah Majelis Rasulullah ini, jika ada mobil milik majelis maka boleh-boleh saja dan jika saya wafat maka bukan warisan untuk keluarga saya, dan jika istri saya yang punya mobil maka boleh-boleh saja, namun saya pribadi tidak punya mobil dan tidak pula punya rumah, rumah saya mengontrak, saya tidak mau punya rumah atau harta, cukuplah cinta kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. “Habib kok begitu, tapi kenyataannya kan ada mobil?”, orang lain yang meminjamkan untuk dipakai seminggu atau dua minggu supaya berkah, ada pula yang menyiapkannya dan lainnya, maka janganlah kalian sampai kebingungan dan bertnya-tanya akan hal itu. Saya doakan semoga kalian semua makmur dengan rahmat dan keberkahan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak memiliki apa-apa namun para sahabat banyak yang kaya raya, diantaranya sayyidina Utsman bin ‘Affan, sayyidina Abdurrahman bin ‘Auf dan yang lainnya banyak dilimpahi keluasan, kemudian digunakan untuk membantu nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan para jama’ah yang sekarang biasa membantu dengan berinfak 500 atau 1000 rupiah, mudah-mudahan satu atau dua tahun kedepan bisa membantu dengan mobil, amin. Mohon maaf hal ini saya sampaikan hanya sekedar penjelasan saja.
Selanjutnya kita berdoa bersama semoga Allah subhanahu wata’ala
melimpahkan rahmat dan keberkahan kepada kita, semoga acara-acara yang
akan kita adakan sukses, semua niat dan hajat kita dikabulkan oleh Allah
subhanahu wata’ala, semoga Allah subhanahu wata’ala melimphakan
kemakmuran untuk aku dan kalian di dunia dan akhirat…
No comments:
Post a Comment