08:20:00

10 Amal Ibadah Pada Bulan Puasa (Ramadhan) Sesuai Sunnah Rasul SAW

10 Amalan Sunah Bulan Puasa Ramadhan Yang Dicontohkan Rasul SAW — Bulan Ramadhan bagi umat muslim seluruh dunia merupakan bulan penuh berkah, hikmah dan ampunan, karena berbagai amal perbuatan dapat menjadi pahala yang berkali lipat. Bahkan pada posting sebelumnya telah diceritakan bagaimana tidurnya orang yang berpuasa dibulan Ramadhan adalah pahala.
ALT DOA MEMINTA REZEKI

Maka dari itu, merupakan hal yang sia-sia jika pada kesempatan bulan Ramadhan ini kita tidak berlomba-lomba mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya. Umur seseorang hanya Allah SWT yang mengetahuinya, selagi kita masih bertemu bulan Ramadhan bulan seribu bulan ini, sangat beruntung bagi umat muslim yang mau menjalankan sunah-sunah demi mengejar pahala.
Nabi besar kita, Muhammad SAW telah mencontohkan kepada umat amalan sunah-sunah yang dapat dilakukan pada bulan suci Ramadhan. Jadi apalagi yang kita tunggu? Berikut ini beberapa sunah ibadah sesuai sunnah Rasul SAW.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” [QS. Al-Baqarah (2): 183]
Berikut ini adalah amalan-amalan yang dianjurkan selama bulan puasa ramadhan sesuai sunnah rasul saw:
1. Menyegerakan Berbuka Puasa
Apabila telah datang waktu berbuka puasa, hendaklah menyegerakan berbuka, karena didalamnya terdapat banyak kebaikan. Rosulullah SAW bersabda :
لَا يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوْا الْفِطْرَ – رواه الشيخان
“Manusia akan sentiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
2. Melaksanakan Makan Sahur
تَسَحَّرُوْا فَإِنَّ فِى السَّحُرِ بَرَكَةٌ – الشيخان –
“Makan sahurlah karena sesungguhnya pada sahur itu terdapat berkah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
3. Membaca Al-Qur’an (Tilawah)
Ayat Al-Qur’an diturunkan pertamakali pada bulan Ramadhan. Maka tak heran jika Rasulullah SAW sering dan lebih banyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan dibandingkan di bulan-bulan lain.
Imam Az-Zuhri berkata, “Apabila datang Ramadhan, maka kegiatan utama kita selain berpuasa adalah membaca Al-Qur’an.” Bacalah dengan tajwid yang baik dan tadabburi, pahami, dan amalkan isinya. Insya Allah, kita akan menjadi insan yang berkah.
Buatlah target untuk diri anda sendiri. Jika di bulan-bulan lain kita khatam membaca Al-Qur’an dalam sebulan, maka misalnya di bulan Ramadhan kita bisa memasang target dua kali khatam. Lebih baik lagi jika ditambah dengan menghafal satu juz atau surat tertentu. Hal ini bisa juga dijadikan program unggulan bersama keluarga.
4. Memberikan Makanan Berbuka Puasa (Ith’amu ath-tha’am)
مَنْ فَطَرَ صَائِمًا فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ وَلَا يَنْقُصُ مِنْ اَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئٌ – صحيح النسائى و الترمذى
“Barang siapa yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi sedikit pun pahala orang yang berpuasa itu” (Shohih Nasa’i dan Tirmidzi)
Amal ibadah mulia ini dapat Anda manfaatkan bersama tetangga atau anak-anak yatim yang bermukim disekitar rumah Anda. Memberikan makanan ini hanya satu contoh yang dapat kita terapkan dalam hal berbagi rezki kepada sesama umat. Hal ini juga perlu dibiasakan, agar setelah selesai bulan Ramadhan, hal ini tidak punah begitu saja.
5. Berdakwah
Jangan sia-siakan momen Ramadhan kali ini. Sepanjang bulan Ramadhan kita punya kesempatan berdakwah karena pastinya suasana Ramadhan sudah sangat terasa dimana-mana dan tiap orang siap menerima nasihat.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُون
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung” (TQS. Al-Imran[3] : 104)
Namun pastikan jika Anda memberi nasihat haruslah ada dalilnya. Sesuai dengan sabda Rasulullah saw: “Barangsiapa menunjuki kebaikan, baginya pahala sebagaimana orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala orang yang mengamalkannya sedikitpun.”
6. Shalat Tawawih (Qiyamul Ramadhan)
Ibadah sunnah yang khas di bulan Ramadhan adalah shalat tarawih (qiyamul ramadhan). Dan yang paling penting diingat ialah shalat tarawain dapat dilakukan dirumah sekalipun.
Rasulullah saw pernah merasa khawatir karena takut shalat tarawih dianggap menjadi shalat wajib karena semakin hari semakin banyak yang ikut shalat berjamaah di masjid sehingga beliau akhirnya melaksanakan shalat tarawih sendiri di rumah. *Baca Juga: Etika Shalat Tarawih & Witir
7. I’tikaf
Inilah amaliyah ramadhan yang selalu dilakukan Rasulullah saw. I’tikaf adalah berdiam diri di masjid dengan niat beribada kepada Allah swt. Abu Sa’id Al-khudri meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. pernah beri’tikaf pada awal Ramadhan, pertengahan Ramadhan, dan paling sering di 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
ayangnya, ibadah ini dianggap berat oleh kebanyakan orang Islam, jadi sedikit yang mengamalkannya. Hal ini dikomentari oleh Imam Az-Zuhri, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan i’tikaf padahal Rasulullah tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke Madinah sampai beliau wafat.”
8. Lailatul Qadar
Ada bulan Ramadhan ada satu malam yang istimewa: lailatul qadar, malam yang penuh berkah. Malam itu nilainya sama dengan seribu bulan. Rasulullah saw. amat menjaga-jaga untuk bida meraih lailatul qadar. Maka, Beliau menyuruh kita mencarinya di malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
Kenapa? Karena, “Barangsiapa yang shalat pada malam lailatul qadar berdasarkan iman dan ihtissab, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” Begitu kata Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. Bahkan, untuk mendapatkan malam penuh berkah itu, Rasulullah saw. mengajarkan kita sebuah doa, “Allahumma innaka ‘afuwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii.” Ya Allah, Engkaulah Pemilik Ampunan dan Engkaulah Maha Pemberi Ampun. Ampunilah aku.
9. Umrah
Jika Anda punya rezeki cukup, pergilah umrah di bulan Ramadhan. Karena, pahalanya berlipat-lipat. Rasulullah SAW. berkata kepada Ummu Sinan, seorang wanita Anshar, agar apabila datang bulan Ramadhan, hendaklah ia melakukan umrah, karena nilainya setara dengan haji bersama Rasulullah saw. (HR. Bukhari dan Muslim)
10. Bertaubat
Selama bulan Ramadhan, Allah SWT membukakan pintu ampunan bagi seluruh hambanya. Karena itu, bulan Ramadhan adalah kesempatan emas bagi kita untuk bertaubat kembali ke fitrah kita.
11. Zakat Fitrah
Zakat fitrah wajib dibayarkan sebelum hari Ramadhan berakhir oleh umat Islam, baik lelaki-perempuan, dewasa maupun anak-anak. Tujuannya untuk mensucikan orang yang melaksanakan puasa dan untuk membantu fakir miskin.
Itulah beberapa amalan ibadah mulia yang diajarkan oleh Nabi besar kita Rasulullah SAW pada bulan Ramadhan. Semoga kita dapat mengerjakan semua amalan ibadah tersebut dengan niat ikhlas dan mengharap ridho HANYA dari Allah SWT. Amiin.
07:54:00

BERANI DAN OPTIMIS MELALUI TAWAKAL


Assalamu’alaikum…wr…wb.

(Bahkan) Orang yang paling minim tingkat ilmunya tidak meragukan keluasan rahmat Allah Subhanahuwata’ala di dunia ini.

Setiap makhluk merasakan dan mendapatkannya. Namun, semua itu tidaklah sebanding dengan keluasan rahmat-Nya di akhirat kelak.

Di dunia, Allah Subhanahuwata’ala menurunkan satu dari seratus rahmat-Nya dan 99 rahmat dipersiapkan bagi orang yang beriman kelak di hari kiamat. Tentu merugi dan celaka jika seseorang terlalaikan oleh satu rahmat dan melupakan rahmat yang akan didapatkan kelak di akhirat.
alt berani dan optimis melalui tawakal

Seseorang dengan mudah bisa mendapatkan keluasan rahmat Allah Subhanahuwata’ala di dunia, akan tetapi untuk mendapatkan yang 99 tersebut membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang tidak sedikit. Dengan mengetahui luasnya rahmat Allah Subhanahu wata’ala  di dunia ataupun di akhirat, menjadikan seseorang berani sekaligus berharap (raja’) di dalam hidup.

Berani untuk menghadapi segala risiko dalam usaha meraih rahmat yang luas tersebut dan berharap karena Allah Yang Maha Pemurah akan mencurahkan rahmat- Nya kepada siapa pun.

Di sinilah letak keistimewaan hidup orang-orang yang beriman kepada Allah Subhanahuwata’ala. Kala menjalani hidup, dadanya senantiasa lapang dan luas, karena dia mengetahui rahasia hidup ini dan rahasia kebahagiaan di atasnya. Mereka berani dalam menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi dalam menjalankan roda ketaatan dan berharap dalam keluasan rahmat, pengampunan, dan kedermawanan Allah Subhanahuwata’ala.

Namun orang orang yang beriman tersebut sebelum menjadi orang yang berani dan berharap, mereka telah berkarya besar sembari menyandarkan diri kepada Allah Subhanahuwata’ala dalam segala usahanya.

Yang Menjadikan Dada Lapang

1. Tauhid

Al-Imam Ibnu Qayyim rahimahumullah mengatakan, “Hal terbesar yang akan menjadikan dada lapang adalah ketauhidan. Berdasarkan kesempurnaannya, kekuatannya, dan bertambahnya, kelapangan dada akan mengalami yang serupa. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,

“Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk ( menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Rabbnya (sama dengan orang yang membatu hatinya)?” (az-Zumar: 22)

“Barang siapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah Subhanahuwata’ala kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.” (al-An’am 125)

Petunjuk dan tauhid adalah sebab yang paling besar bagi lapangnya dada, sebagaimana syirik dan kesesatan sebagai sebab terbesar dada menjadi sempit dan sulit.

2. Iman

Termasuk perkara yang akan menjadikan dada itu lapang adalah cahaya iman yang diletakkan oleh Allah Subhanahuwata’ala di dalam hati. Dengannya dada menjadi lapang, menjadikan hati selalu dalam kebahagiaan. Jika cahaya iman tersebut sirna, dadanya akan menjadi sempit dan sulit, berada dalam kungkungan yang paling sempit dan sulit. Seorang hamba akan mendapatkan kelapangan dada sesuai dengan bagian yang dia dapatkan dari cahaya tersebut, sebagaimana halnya cahaya yang bisa diraba serta kegelapan yang bisa di indra akan menjadikan dada lapang dan dada sempit.

3. Ilmu

Ilmu akan menjadikan dada lapang dan menjadikannya luas, bahkan melebihi luasnya dunia. Sementara itu, kejahilan akan mewariskan dada yang sempit, kerdil, dan tertutup. Di saat ilmu seorang hamba bertambah luas, maka bertambah lapang dadanya.

Tentu saja, hal ini tidak mencakup semua ilmu, tetapi hanya ilmu yang diwariskan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu ilmu (agama) yang bermanfaat. Pemilik ilmu yang bermanfaat adalah orang yang paling lapang dadanya, paling luas hatinya, paling baik akhlaknya, dan paling bagus kehidupannya.

4. Bertobat kepada Allah Subhanahu wata’ala

Bertobat kepada Allah Subhanahuwata’ala, mencintai- Nya setulus hati, mempasrahkan diri kepada-Nya, dan bernikmat-nikmat beribadah kepada-Nya, akan menjadikan dada lapang. Sebagian mereka terkadang mengucapkan, “Jika saya di dalam surga dalam kondisi ini, niscaya saya berada dalam kehidupan yang baik.”

5. Cinta kepada Allah Subhanahu wata’ala

Sungguh, cinta kepada Allah Subhanahuwata’ala memiliki pengaruh menakjubkan bagi lapangnya dada, baiknya jiwa, dan lezatnya hati. Tidak ada yang mengetahuinya selain orang yang bisa merasakannya. Saat cinta itu kuat dan keras, niscaya dada itu akan menjadi lapang dan luas. Tidaklah dada menjadi sempit kecuali tatkala melihat orang-orang yang telanjang dari semuanya ini. Memandang mereka akan menjadikan mata kita penuh kotoran dan bergaul dengan mereka menjadikan ruh kita panas.

Termasuk perkara besar yang akan menyebabkan dada sesak adalah berpaling dari Allah Subhanahuwata’ala, bergantungnya hati kepada selain Allah Subhanahuwata’ala, lalai dari menginga Allah Subhanahuwata’ala, dan mencintai selain Allah Subhanahuwata’ala. Barang siapa mencintai sesuatu selain Allah Subhanahuwata’ala, niscaya Allah Subhanahuwata’ala akan mengazabnya dengan sesuatu (selain Allah) tersebut, yang akibatnya hatinya terbelenggu dalam mencintai selain Allah Subhanahuwata’ala. Akhirnya, tidak ada orang yang paling celaka di muka bumi ini daripada dirinya, tidak ada yang paling tertutup akalnya, yang paling jelek kehidupannya, dan yang paling lelah hati daripada dirinya.

6. Zikir kepada Allah Subhanahuwata’ala

Zikir kepada Allah Subhanahuwata’ala dalam segala kondisi dan di setiap tempat. Maka dari itu, zikir itu memiliki pengaruh menakjubkan terhadap lapangnya dada dan nikmatnya hati. Tentunya, sikap lalai memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam menyempitkan dada, terbelenggu dan tersiksanya.

7. Berbuat Baik kepada Makhluk

Berbuat baik kepada setiap makhluk dan memberikan manfaat kepada mereka dengan segala yang memungkinkan seperti dengan harta, kedudukan, dan yang bermanfaat untuk badan (jasmani), serta berbagai bentuk kebaikan lainnya. Seorang yang dermawan dan senang berbuat baik adalah orang yang paling lapang dadanya, yang paling baik jiwanya, dan yang paling tenteram hatinya.

Sementara itu, sifat bakhil (pelit) yang tidak ada padanya kebaikan adalah orang yang paling sempit dadanya, paling jelek kehidupannya, serta yang paling besar keperihan dan kesedihan hidupnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mempermisalkan dalam riwayat yang sahih orang yang bakhil dan rajin bersedekah seperti halnya dua orang yang memiliki dua tameng besi.

Di saat orang yang gemar bersedekah mengeluarkan sedekahnya, maka melebarlah tameng itu dan meluas, hingga menutupi pakaian dan anggota badannya. Adapun apabila orang bakhil ingin bersedekah, tetaplah setiap lingkaran  besi pada posisinya, tidak meluas. Demikianlah permisalan orang yang beriman dan gemar untuk bersedekah, lapang hatinya. Demikian pula pemisalan orang yang bakhil, sempit dadanya dan tersekap hatinya.

8. Keberanian

Seseorang yang memiliki jiwa pemberani akan memiliki dada yang lapang, luwes perangainya, dan terbuka hatinya. Sementara itu, seorang yang penakut berada dalam kondisi dada yang sempit dan yang paling kerdil hatinya. Dia tidak memiliki kebahagiaan, kesenangan, kelezatan, dan kenikmatan selain sebagaimana halnya binatang.

Oleh karena itu, kebahagiaan ruh, kelezatannya, kenikmatannya, dan kewibawaannya, menjadi sesuatu yang haram didapatkan orang yang memiliki sifat penakut, sebagaimana halnya terhalangi bagi orang yang bakhil, orang yang berpaling dari Allah Subhanahuwata’ala, lalai dari berzikir kepada-Nya, jahil tentang Allah Subhanahuwata’ala, nama-nama-Nya, sifat-sifat- Nya, dan tentang agama-Nya, serta menggantungkan hatinya kepada selain Allah Subhanahuwata’ala.

Semua bentuk kenikmatan ini akan menjadi kebun dari salah satu kebun surga di dalam kubur. Demikian halnya kesempitan dada dan kerdilnya hati akan berubah menjadi azab dan belenggu di dalam kubur. Keberadaan seseorang di alam kubur bagaikan keberadaan hati di dalam dada, akankah bernikmat atau mendapat siksaan, terbelenggu atau mendapatkan kemerdekaan? Tidak ada yang menjadi penghalang jika dada tersebut menjadi lapang, sebagaimana tidak ada yang akan menjadikan dada tersebut sempit, karena semuanya itu akan sirna dengan sirnanya sebab-sebabnya. Segala sifat yang akan menyentuh dan hinggap di dalam hati, maka itulah yang akan menjadikan dada tersebut lapang atau sempit. Inilah yang menjadi barometernya, wallahulmusta’an.”(Zadul Ma’ad 2/23)

Berani dan Berharap, Sebuah Pengorbanan dan Perjuangan

Berani dan berharap dalam hidup adalah dua senyawa yang jika bertemu dan berbaur, akan menjadi sebuah akhlak yang sangat terpuji. Sifat berani adalah sifat terpuji yang mengandung segala akhlak yang terpuji lainnya.

Keberanian adalah buah dari iman seseorang kepada Allah Subhanahuwata’ala. Terlebih jika dia mengimani adanya hari kebangkitan dan hari kiamat. Allah Subhanahuwata’ala telah memuji sifat berani di jalan-Nya sebagaimana dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim dari sahabat Abu Musa radhiyallahu anhu, ia berkata, “Dikatakan, ‘Ya Rasulullah, seseorang berperang dengan keberanian, berperang karena kebangsaan, berperang dengan landasanriya, siapakah diantara mereka Yang benar-benar berjuang di jalan Allah Subhanahuwata’ala?’

Beliau menjawab, “Barangsiapa berperang untuk menegakkan kalimat Allah Subhanahuwata’ala, sesungguhnya dialah yang berada di atas jalan Allah Subhanahuwata’ala.” Kesempurnaan sifat keberanian itu ada pada sifat al-hilm yang artinya sabar, tidak tergesa-gesa, cerdas, dan tangkas, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

“Bukanlah yang dinamakan kuat itu adalah orang yang bisa membanting lawan, tetapi yang dikatakan kuat adalah orang yang bisa menahan diri tatkala marah.” (Majmu’ Fatawa 15/432)

Berharap adalah buah dari ilmu tentang sifat rahmat Allah Subhanahuwata’ala, seperti pengampunan, kelembutan, maaf, dan kebaikan. Berharap terhadap pahala yang ada di sisi-Nya termasuk amalan hati yang paling besar dan pendorong kepada ketaatan yang paling kuat. Kekuatan berharap di dalam hati tergantung pada kekuatan ilmu kita kepada Allah Subhanahuwata’ala dan sifat-sifat-Nya.

Ibnul Qayyim rahimahumullah berkata , “Kuatnya berharap itu tergantung pada kekuatan pengetahuan tentang Allah Subhanahuwata’ala, nama-nama dan sifat-sifat-Nya, serta pengetahuan bahwa rahmat Allah Subhanahuwata’ala mengalahkan murka-Nya. Tanpa ruh berharap, niscaya akan lenyaplah ubudiyah hati dan anggota badan. Akan hancur pula tempat-tempat menyebut nama-nama Allah Subhanahuwata’ala.”

Berharap itu adalah sebuah ibadah yang tidak boleh lepas dari kehidupan seorang muslim, baik saat melakukan kebaikan maupun melakukan kejelekan. Saat dia melakukan kebaikan, dia berharap bahwa amalnya diterima, yang wajib atau yang sunnah. Adapun saat dia melakukan kejelekan, dia berharap diterima tobatnya dan dimaafkan kesalahan-kesalahannya. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (al-Baqarah: 218)

Katakanlah,“Hai hamba-hamba- Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Alah mengampuni dosa-dosa semuanya.” (az-Zumar: 53)

Maksud ayat ini adalah bagi orang yang bertobat. Oleh karena itu, Allah Subhanahuwata’ala mengumumkan bagi orang yang berbuat dosa, apa pun perbuatan dosa tersebut. Artinya, Allah Subhanahuwata’ala akan mengampuni dengan taubat yang baik, bagi siapa pun yang berdosa atas dosa apa pun, dan ini khusus taubat sebagai sebab pengampunan. Sampai-sampai ulama berselisih pendapat dalam hal mana yang lebih utama antara dua orang yang berharap tersebut. Sebagian mereka mengatakan lebih utama berharapnya orang yang berbuat baik, karena kuatnya sebab-sebab berharap itu pada dirinya.

Sebagian lagi mengatakan yang lebih utama adalah berharapnya orang yang berbuat salah untuk bertobat karena berharapnya itu bersih dari amalan yang jelek dan selalu dibarengi melihat kesalahannya. Namun, yang tampak adalah keutamaan tersebut tidak ditinjau dari sisi berharap itu, tetapi keutamaan tersebut sangatlah tergantung pada apa yang terdapat di dalam hati pemiliknya yaitu sifat takwa di saat dia berharap. Barang siapa lebih bertakwa, tentu berharapnya lebih afdal, apakah di saat dia berbuat baik ataupun berbuat salah. Allah Subhanahuwata’ala berfirman,

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian disisi Allah Subhanahu wata’ala alah orang yang paling takwa diantara kalian.” (al-Hujurat: 13)

Dari penjelasan di atas, tampak jelas tentang berharap yang terpuji berupa bentuk berharapnya orang yang berbuat amalan agar amalnya diterima, atau berharapnya orang yang bertaubat agar taubatnya diterima. Adapun berharap yang kosong dari karya nyata (amal) dan terus dalam kemaksiatan lalu bersandar kepada pengampunan Allah Subhanahuwata’ala maka sikap ini adalah maghrur (tertipu) dan merasa aman dari azab Allah Subhanahuwata’ala.”

“Apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi.” (al- A’raf: 99)

Sebab, hukuman orang yang berbuat maksiat adalah istidraj (dibiarkan) atas kemaksiatannya, pada akhirnya dibinasakan setelahnya.” (Atsar al- Matsalul al-‘A’la hlm. 25)

Ilmu, Fondasi Akhlak yang Agung

Ibnu Qayyim rahimahumullah berkata , “Pengetahuan seorang hamba tentang keesaan Allah Subhanahuwata’ala dalam hal menolak mudarat, mendatangkan manfaat, memberi, tidak memberi, menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan dan mematikan akan membuahkan ubudiyah tawakal batiniah.

Konsekuensi tawakal dan buahbuahnya jelas sekali. Pengetahuan dia tentang Allah Maha Mendengar, Melihat, dan tentang ilmu Allah Subhanahuwata’ala yang tidak tersembunyi bagi-Nya sesuatu pun yang paling kecil, baik di langit maupun di bumi. Allah Subhanahuwata’ala mengetahui yang tersembunyi dan yang tampak. Allah Subhanahu wata’ala  juga mengetahui mata yang berkhianat dan segala yang tersembunyi di dalam dada. Semua ini akan membuahkan terjaganya lisan, anggota badan, dan pikirannya dari segala yang tidak diridhai oleh Allah Subhanahuwata’ala.

Dia menjadikan semua anggota tubuhnya tergantung kepada apa yang dicintai oleh Allah Subhanahuwata’ala dan diridhai-Nya. Semua ini juga akan melahirkan rasa malu di dalam batin yang akan membuahkan sikap menjauhkan diri dari segala yang diharamkan dan segala yang jelek. Mengenal Allah Subhanahu wata’ala  bahwa dia adalah Dzat yang Mahakaya, dermawan, mudah memberi, banyak kebaikannya, dan penyayang; akan melahirkan harapan yang luas lalu membuahkan segala bentuk ubudiyah lahiriah dan batiniah.

Semuanya tergantung pada pengetahuan dan ilmunya. Demikian pula pengetahuan seorang hamba tentang keagungan Allah Subhanahuwata’ala, kemuliaan-Nya akan membuahkan ketundukan, ketenteraman, dan kecintaan yang akan melahirkan segala bentuk pengabdian lahiriah kepada Allah Subhanahu wata’ala  dan itulah konsekuensinya.

Demikian pula tatkala berilmu tentang kesempurnaan dan keindahan, serta ketinggian sifatsifat- Nya akan melahirkan kecintaan yang khusus dalam semua bentuk ubudiyah. Oleh karena itu, semua bentuk pengabdian akan kembali kepada namanama dan sifat-sifat Allah Subhanahu wata’ala . Semua bentuk peribadahan terikat dengan semua di atas sebagaimana terikatnya ciptaan dengan-Nya.

Di alam ini, seluruh ciptaan dan perintah Allah Subhanahuwata’ala adalah konsekuensi dari nama-nama dan sifatsifat- Nya. Allah Subhanahuwata’ala tidak akan menjadi mulia karena ketaatan mereka dan tidak akan hina karena kemaksiatan mereka. Renungilah sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam Shahih al-Bukhari, yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam riwayatkan dari Rabbnya,

“Hai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian tidak mampu berbuat mudarat terhadap-Ku hingga mencelakai- Ku. Kalian juga tidak dapat berbuat kemanfaatan bagi-Ku hingga memberiku manfaat.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkannya setelahnya,

“Hai para hamba-Ku, sesungguhnya kalian melakukan kesalahan dimalam hari dan sianghari, sementara Aku adalah pengampun dosa, maka minta ampunlah kalian kepada-Ku, niscaya Aku akan mengampuni kalian.”

Ini mengandung makna bahwa apa yang diperbuat oleh Allah Subhanahuwata’ala terhadap mereka dalam hal mengampuni kesalahankesalahan mereka, dikabulkannya permintaan mereka, dan dilepaskannya mereka dari segala bentuk malapetaka, tidak berarti Allah mengambil manfaat darimereka.(Madarijus Salikin 2/90)

Koreksilah Berharapmu dan Perbaruilah Cintamu

Berharap itu sumbernya adalah menyaksikan janji-janji Allah Subhanahu wata’ala  dan berbaik sangka kepada Allah Subhanahuwata’ala, serta menyaksikan segala apa yang dipersiapkan oleh Allah Subhanahu wata’ala  bagi orang yang mengutamakan Allah Subhanahu wata’ala , Rasulullah n, dan negeri akhirat. Berharap menjadikan petunjuk sebagai hakim terhadap hawa nafsunya, dan wahyu atas ra’yu-nya (pendapatnya), sunnah atas bid’ah, dan menjadikan hakim segala apa yang telah dilalui oleh para sahabat atas adat istiadat yang berlaku.

Sementara itu, cinta itu sumbernya adalah menyaksikan nama-nama Allah Subhanahuwata’ala dan sifat-sifat-Nya sebagaimana menyaksikan segala nikmat dan pemberian-Nya. Apabila mengingat dosa-dosanya, ia berbalut rasa takut; apabila mengingat rahmat Allah Subhanahuwata’ala, luas pengampuan, dan maaf-Nya, dia berbalut rasa berharap; dan apabila mengingat keindahan dan keagungan Allah Subhanahu wata’ala , kesempurnaan-Nya, kebaikan dan nikmat-Nya, ia akan berbalut rasa cinta.

Oleh karena itu, hendaklah setiap hamba menimbang imannya dengan tiga hal ini (takut, berharap, dan cinta) agar dia mengetahui kadar iman yang dimilikinya. Sesungguhnya, hati itu terfitrah dengan Ramah Lingkungan cinta kepada keindahan dan cinta kepada Pemberi Keindahan, dan Allah Subhanahuwata’ala adalah Dzat Yang Mahaindah, keindahan yang sempurna dari segala sisi.

Indah pada Dzat-Nya, indah pada sifat-Nya, indah pada perbuatan-perbuatan-Nya, dan indah pada nama-nama-Nya. Jika berkumpul keindahan seluruh makhluk pada seseorang lalu dibandingkan dengan keindahan Allah Subhanahu wata’ala , perbandingannya lebih lemah daripada pancaran cahaya lentera yang paling lemah di hadapan pancaran sinar matahari. (Madarijus Salikin 3/288)

Sifat berharap yang penuh kejujuran memiliki pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan seorang muslim. Berharap akan membangkitkan dan mendorong untuk bertobat dengan benar, mendorong untuk beramal saleh berharap keberuntungan dengan surga Allah Subhanahuwata’ala, melihat-Nya, dan mendengar pembicaraan-Nya. Berharap yang jujur akan menjaga akidah seorang muslim dari bergantung kepada makhluk mengharapkan keberkahan dari mereka, atau syafaat, atau jalan keluar dari malapetaka. Oleh karena itu, pada kehidupan seorang muslim yang jujur, Anda tidak menjumpai penampilan-penampilan syirik dalam harapan, seperti mencari berkah melalui kedudukan para nabi, dengan para wali, dan melalui kuburan-kuburan mereka; atau mencari berkah di sumber mata air, gua, atau tempat sejenisnya.

Sebab, seorang muslim mengetahui dengan keyakinan yang benar bahwa Allah Subhanahuwata’ala adalah Dzat yang tunggal dalam hal mendatangkan manfaat dan menolak mudarat. Dia mengimani bahwa Allah Subhanahuwata’ala adalah satu-satunya Dzat tempat menggantungkan harapan segala yang dicita-citakannya berupa kebaikan dunia dan akhirat. (Atsaral-Matsalulal-A’la hlm. 25)
Semoga Bermanfaat…Insya’Allah
Wassalam.
09:24:00

DOA UNTUK PENENANG HATI

AYAT UNTUK PENENANG JIWA 

alt doa untuk penenang hati

        Jika hati resah, gelisah, tidak tenang dan tidak tentu arah, itu semua adalah lumrah dan ujian yang ditimpakan ke atas umat manusia. Untuk mengatasinya cuba amalkan ayat ini, InsyaAllah dengan limpah kurnia dan rahmatnya anda akan merasai ketenangan dalam sanubari anda (sebaiknya dibaca 7 kali selepas sembahyang fardhu).


         Maksud ayat: Bukankah Kami telah melapangkan bagimu: Dadamu (wahai Muhammad serta mengisinya dengan iman dan hidayat petunjuk)? Dan Kami telah meringankan daripadamu: Bebanmu (menyiarkan Islam); Yang memberati tanggunganmu, (dengan memberikan berbagai kemudahan dalam melaksanakannya)? Dan Kami telah meninggikan bagimu: Sebutan namamu (dengan mengurniakan pangkat Nabi dan berbagai kemuliaan)? 
Oleh itu, maka (tetapkanlah kepercayaanmu) bahawa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan, (Sekali lagi ditegaskan): Bahawa sesungguhnya tiap-tiap kesukaran disertai kemudahan. Kemudian apabila engkau telah selesai (daripada sesuatu amal soleh), maka bersungguh-sungguhlah engkau berusaha (mengerjakan amal soleh yang lain), Dan kepada Tuhanmu sahaja hendaklah engkau memohon (apa yang engkau gemar dan ingini). SodaqAllahul’dhiim Semoga ketenangan selalu hadir.

06:08:00

ZIKIR PEMBUKA PINTU REZEKI

                                          ZIKIR PEMBUKA PINTU REZEKI

alt zikir pembuka pintu rezeki

1. Memperbanyak Membaca :  La hawla Wala Quwwata Illa billah 
    Barangsiapa yang lambat datang rezekinya hendaklah banyak mengucapkan “La hawla Wala    Quwwata Illa billah ( HR. At Tabrani )

2. Membaca : La Ilaha Illallahul Malikul Haqqul Mubin
    Barangsiapa setiap hari membaca 
    (La ilaha illallahul malikul haqqul mubin)

maka bacaan itu akan menjadi keamanan dari kefakiran dan menjadi penenteram dari rasa takut dalam kubur
(HR. Abu Nu’ aim dan Ad Dailami).

3.  Baca Istighfar

“Barangsiapa melanggengkan beristighfar niscaya Allah akan mengeluarkan dia dari segala kesusahan dan memberikan rezki dari arah yang tidak diduga-duga” ( HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majjah )
4. Membaca Surat Al-Ikhlas
“Barangsiapa membaca Surat Al Ikhlas ketika masuk rumah maka berkah bacaan menghilangkan kefakiran dari penghuni rumah dan tetangganya" ( HR. At Tabrani )

5. Membaca Surat Al-Waqiah

“Barangsiapa membaca surat Al Waqiah setiap malam, maka tidak akan ditimpa kesempitan hidup "
(HR. Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al Iman)

6. Memperbanyak Shalawat Atas Nabi SAW 

“Ubay Bin Ka’ab meriwayatkan , bila telah berlalu sepertiga malam, 
Rasulullah Salallahu’alaihiwassalam berdiri seraya bersabda : 

“Wahai Manusia Berdzikirlah Mengingat Allah, berdzikirlah mengingat Allah .

Akan datang tiupan (sangkakala kiamat) pertama, kemudian diiringi tiupan kedua. Akan datang kematian dan segala kesulitan didalamnya”

7. Membaca : Subhanallah wabihamdihi Subhanallahil adziim

   dari setiap kalimat itu seorang malaikat yang bertasbih kepada Allah Ta’ala sampai hari kiamat yang    pahala tasbihnya itu diberikan untukmu” (HR. Al-Mustagfiri dalam Ad-Da’awat)

   Sumber : Ihya Ulumiddin – Imam AL GHAZALI


Semoga kita semua dapat keredhaan Allah dengan amalan kita sepanjang hayat. Kita berusaha, berdoa, dan tawakkal insya'allah

Wallahualam bi shawab
08:04:00

KEUTAMAAN MENDOAKAN SESAMA MUSLIM TANPA SEPENGETAHUANNYA

KEUTAMAAN MENDOAKAN KEBAIKAN SESAMA MUSLIM TANPA SEPENGETAHUANNYA
Ustadz Abdullah bin Taslim al-Buthoni, MA



Dari Abu ad-Darda’ رضي الله عنه  bahwa sesungguhnya  Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, “Do’a (kebaikan) seorang Muslim bagi saudaranya (sesama Muslim) di belakangnya (tanpa sepengetahuannya) adalah mustajab (dikabulkan oleh Allah), di atas kepalanya ada malaikat yang ditugaskan (dengan perintah Allah untuk urusan ini), setiap kali dia mendoakan kebaikan bagi saudaranya, maka malaikat yang ditugaskan itu berkata: “Amin (Ya Allah, kabulkanlah!) dan kamu juga akan mendapatkan (kebaikan) seperti itu”. (HR. Muslim no. 2733).
Hadits yang agung ini menunjukkan keutamaan besar mendoakan kebaikan bagi saudara kita seiman, baik satu orang maupun lebih, tanpa sepengetahuannya. Sebab, doa ini dijanjikan pengabulannya oleh Allah  dan orang yang melakukannya akan mendapatkan kebaikan seperti yang ia doakan untuk saudaranya. Oleh karena itu, Imam Nawawi  memberi judul hadits ini dengan bab ‘Keutamaan mendoakan (kebaikan) bagi kaum Muslimin tanpa sepengetahuannya’.
[1] Beberapa mutiara faidah yang dapat kita petik dari hadits ini:
[2] Keutamaan doa ini dikaitkan dengan mendoakan sesama Muslim tanpa      sepengetahuannya karena ini akan lebih dekat kepada niat yang ikhlas.
Keutamaan ini berlaku ketika mendoakan saudara sesama Muslim tanpa sepengetahuannya, baik itu perorangan, atau sejumlah orang Muslim, dan bahkan untuk semua kaum Muslimin.
Makna ucapan malaikat, “Dan kamu juga akan mendapatkan (kebaikan) seperti itu” yaitu “Aku berdoa kepada Allah agar Dia memberimu kebaikan seperti yang kamu mintakan bagi orang lain”.
Hadits ini juga menjadi dalil tentang adanya malaikat yang ditugaskan oleh Allah رحمه الله untuk urusan ini secara khusus.
Hadits ini juga menunjukkan bahwa malaikat hanyalah mengaminkan doa-doa kebaikan yang diucapkan oleh seorang hamba.
Para Ulama Salaf mempraktekkan kandungan hadits ini, sehingga salah seorang dari mereka ketika ingin berdoa untuk kebaikan dirinya, maka dia mengucapkan doa tersebut bagi saudaranya sesama Muslim, dengan harapan doa itu dikabulkan dan dia pun akan mendapatkan kebaikan yang serupa.
[]
Disalin dari Majalah As-Sunnah (Baituna) Ed. 11 Th. XIX 1437H/2016M